Ghalib Damarillah Asahlintang, Farizky Fajriansyah Irawan, Kemal Husadi
1,2,3S-1 Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Airlangga
E-mail: 1ghalibdamarillahasahlintang@gmail.com, 2farizkyfajri@gmail.com, 3khusadi@gmail.com
Abstrak
Masalah pemanasan global akibat emisi CO2 telah menjadi topik yang serius di seluruh dunia, utamanya di kota besar seperti Jakarta. Sektor energi yang masih sangat bergantung pada bahan bakar fosil berkontribusi besar terhadap emisi CO2, mencapai 82% dari total emisi. Indonesia sendiri telah mencapai produksi emisi sebesar 259,1 juta ton pada tahun 2021, dan diperkirakan akan meningkat hingga 29,13% jika tidak ada tindakan preventif lebih lanjut. Oleh karena itu, transisi menuju energi hijau menjadi penting. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) adalah salah satu solusi yang potensial. Namun, di Indonesia penggunaan nuklir sebagai sumber energi masih belum banyak mendapat perhatian. Artikel ini bertujuan untuk menganalisis potensi dan strategi Indonesia menuju transisi PLTN. Metodologi yang digunakan adalah literature review dan analisis preskriptif untuk mengeksplorasi potensi PLTN di Indonesia. Ditemukan bahwa Indonesia memiliki deposit uranium dan thorium yang cukup besar, lokasi yang memenuhi kriteria pembangunan PLTN, serta teknologi reaktor nuklir yang aman. Survei menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat mendukung pembangunan PLTN. Untuk merealisasikan transisi energi hijau melalui PLTN, Indonesia dapat mengambil contoh dari India, yang memiliki kesamaan dalam berbagai aspek. India telah berhasil mengembangkan PLTN sejak lama dan memiliki sejumlah PLTN dengan kapasitas yang signifikan. Meskipun ada tantangan seperti regulasi, sumber daya manusia, dan pendanaan yang perlu diatasi, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pemimpin dalam mengurangi emisi karbon melalui PLTN sehingga dapat melindungi lingkungan dan mengurangi dampak negatif perubahan iklim yang menyebabkan pemanasan global.
Kata kunci: Pemanasan Global, Emisi CO2, Transisi energi, Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), Potensi PLTN.
PENDAHULUAN
Masalah pemanasan global akibat emisi CO2 menjadi topik yang cukup hangat dibicarakan, isu tersebut muncul karena kekhawatiran masyarakat akan polusi parah yang saat ini terjadi di kota kota besar, contoh kecil yang dapat diambil adalah fenomena polusi yang terjadi di kota Jakarta akhir akhir ini[1]. Dilansir dari IESR, sektor penyumbang emisi CO2 terbesar adalah sektor energi dengan persentase kontribusi sebesar 82%, hal tersebut tidak mengherankan karena mayoritas energi masih berbasis bahan bakar fosil seperti batu bara dan minyak bumi, teridentifikasi pula bahwa batu bara menyumbang 62% dari total bauran energi nasional[2].
Dilansir dari Data Indonesia, produksi emisi Indonesia pada tahun 2021 menyentuh angka 259,1 ton per tahun, bila tidak ditindaklanjuti maka diprediksi akan meningkat 29,13% yakni 334,6 juta ton per tahun[3]. Informasi diatas menunjukkan bahwa sudah saatnya Indonesia melakukan transisi energi menuju energi hijau. Salah satu opsi energi alternatif yang potensial di Indonesia adalah Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Menurut laporan dari Departemen Energi Amerika Serikat, PLTN di Amerika berkontribusi terhadap pengurangan emisi karbon sebesar 471 juta ton pada tahun 2020, emisi karbon tersebut setara dengan emisi karbon dari 100 juta mobil[4]. Penelitian empiris di India yang dilakukan oleh Danish, et al (2022) menunjukkan korelasi positif antara pembangunan PLTN terhadap pengurangan emisi India[5]. Namun, pada kenyataan pemanfaatan nuklir sebagai energi masih belum terlalu dilirik, artikel ini diharapkan mampu memberikan gambaran tantangan, potensi, dan langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk pembangunan PLTN sebagai solusi emisi karbon di Indonesia.
METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah literature review dalam pengumpulan data dari sumber yang relevan sebagai dasar dari argumen yang diberikan. Argumen juga dibangun melalui analisis preskriptif, yaitu dengan mengkonsolidasikan wawasan dari penelitian-penelitian sebelumnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Mengulik Potensi PLTN di Indonesia
Indonesia memiliki potensi yang besar untuk dilaksanakan pembangunan PLTN, baik dari segi ketersediaan bahan bakar pembangkit nuklir, lokasi pembangunan tapak PLTN, teknologi, serta dukungan dari masyarakat. Dari segi bahan bakar pembangkit nuklir, Indonesia tercatat memiliki deposit uranium sebesar 90.000 ton dan thorium sebesar 140.000 ton[6].
Lokasi untuk pendirian tapak PLTN memiliki kriteria tertentu seperti struktur geologi, keberadaan dan ketersediaan air pendingin, jenis batuan, kedekatan dengan pusat populasi, bentuk medan, serta kedekatan dengan infrastruktur jalan Beberapa lokasi yang cukup memenuhi kriteria ini berada di Kabupaten Bengkayang dan Mempawah, Kalimantan Barat[7]. Selain itu, dilansir dari cnbcindonesia.com, Bangka Belitung juga termasuk daerah yang potensial karena telah diuji kelayakannya pada tahun 2011-2013[8].
Indonesia juga telah mengembangkan teknologi reaktor nuklir yang cukup mumpuni, yakni Reaktor Nuklir Kartini. Walaupun saat ini penggunaannya baru difokuskan untuk riset dan pendidikan, reaktor ini aman dari adanya gempa bumi yang terjadi di Yogyakarta 2006 silam[9].
Survey yang dilakukan oleh EBTKE-Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) pada 2016, menyatakan bahwa 77,53% masyarakat Indonesia setuju atas pembangunan PLTN[10], serta penelitian oleh Herawati & Sudagung di tahun 2020 menjelaskan adanya kecenderungan masyarakat kabupaten Bengkayang untuk setuju atas rencana pembangunan PLTN di daerah tersebut[11].
B. Strategi Indonesia menuju Transisi PLTN
Sebuah potensi akan menjadi sia-sia apabila tidak ada langkah konkrit yang dapat dilakukan setelahnya. Maka, dibutuhkan suatu strategi transisi agar Indonesia dapat merealisasikan pengadaan PLTN. Dalam menyusun strategi transisi, Indonesia dapat menjadikan India sebagai salah satu referensi strategi. Hal tersebut disebabkan adanya kemiripan antara Indonesia dan India seperti sama-sama berada di wilayah ring of fire, pdb per kapita yang tidak terpaut jauh, dan adanya kesamaan dalam aspek historis[12]. Pada aspek pembangunan PLTN, menurut artikel world-nuclear.org, India telah mencanangkan PLTN sejak tahun 1964 dan hingga saat ini mereka telah memiliki PLTN dengan total daya mencapai 6.290 MWe yang tersebar pada 22 titik[13]. Kami merangkum strategi Indonesia dengan berkaca melalui India pada gambar dibawah ini.
KESIMPULAN
Pemanasan global yang bersumber dari emisi CO2 pembangkit energi berbasis bahan bakar fosil telah memberikan dampak negatif ke semua negara, termasuk Indonesia. Akibatnya, Indonesia perlu mempertimbangkan sumber daya baru yang mampu mencegah semakin parahnya pemanasan global di dunia. Salah satu opsi yang dapat dipertimbangkan ialah PLTN. Indonesia memiliki potensi besar untuk melaksanakan program pembangunan PLTN sebagai alternatif untuk melakukan transisi energi hijau dikarenakan ketersediaan bahan bakar nuklir, lokasi yang sesuai, teknologi yang cukup matang, dan adanya dukungan dari masyarakat. Namun, ada beberapa tantangan yang dihadapi seperti regulasi, sumber daya manusia, dan pendanaan yang perlu diatasi. Dalam mencapai transisi energi hijau melalui PLTN, Indonesia dapat mengambil inspirasi dari India yang memiliki kesamaan dengan Indonesia dalam berbagai aspek. India telah berhasil mengembangkan PLTN sejak lama dan telah memiliki sejumlah PLTN dengan total kapasitas yang signifikan. Dengan mengadopsi strategi yang tepat, Kami optimis Indonesia akan dapat melaksanakan program pembangunan PLTN sebagai langkah dalam mengurangi emisi karbon demi melindungi lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Pambudhi, “Potret Kota Jakarta Berselimut Polusi,” detik.com, 2023. https://news.detik.com/foto-news/d-6921871/potret-kota-jakarta-berselimut-polusi (accessed Sept. 10, 2023)
[2] U. Simanjuntak, “Menyongsong Naiknya Emisi Pasca Pandemi, Aksi Iklim Indonesia Dinilai Sangat Tidak Memadai,” in IESR, 2021. https://iesr.or.id/menyongsongnaiknya-emisi-pasca-pandemi-aksi-iklim-indonesia-dinilai-sangat-tidak-memadai (accessed Sept. 10, 2023)
[3] M. A. Rizaty, “Emisi Gas Rumah Kaca Indonesia Diproyeksi Terus Naik hingga 2030,” dataindonesia.id, 2022. https://dataindonesia.id/varia/detail/emisi-gas-rumahkaca-indonesia-diproyeksi-terus-naik-hingga-2030 (accessed Sept. 10, 2023)
[4] U.S. Department of Energy, “3 Reasons Why Nuclear is Clean and Sustainable,” Office of Nuclear Energy, 2021. https://www.energy.gov/ne/articles/3-reasons-whynuclear-clean-and-sustainable (accessed Sept. 10, 2023)
[5] D. B. Ozcan and R. Ulucak, “n empirical investigation of nuclear energy consumption and carbon dioxide (CO2) emission in India: Bridging IPAT and EKC hypotheses,” Nuclear Engineering and Technology, vol. 53, no. 6, pp. 2056-2065, 2021.
[6] BRIN, “Indonesia Miliki Potensi Bahan Galian Nuklir yang Cukup untuk Dieksplorasi,” https://www.brin.go.id/, 2022. https://www.brin.go.id/news/111068/brin-indonesia-miliki-potensi-bahan-galiannuklir-yang-cukup-untuk-dieksplorasi. (accessed Sept. 10, 2023)
[7] K. Salsabila, “Pemetaan lokasi potensial PLTN di Kalimantan Barat,” lib.ui.ac.id, 2020. https://lib.ui.ac.id/detail?id=20509168&lokasi=lokal (accessed Sept. 11, 2023)
[8] A. Umah, “Cek, Ini 3 Lokasi Potensial untuk RI Bangun Pembangkit Nuklir,” cnbcindonesia.com, 2021. https://www.cnbcindonesia.com/news/20210430131815-4-242181/cek-ini-3-lokasi-potensial-untuk-ri-bangun-pembangkit-nuklir (accessed Sept. 11, 2023)
[9] BRIN, “44 Tahun Reaktor Nuklir Kartini Mengabdi,” brin.go.id, 2023. https://www.brin.go.id/news/111586/44-tahun-reaktor-nuklir-kartini-mengabdi (accessed Sept. 11, 2023)
[10] Ferial, “77,5 Persen Masyarakat Indonesia Setuju Adanya PLTN,” ebtke.esdm.go.id, 2017.
[11] N. Herawati and A. D. Sudagung, “Persepsi Masyarakat dan Potensi Public Acceptance Terkait,” Jurnal Pengembangan Energi Nuklir, vol. 22, no. 2, pp. 111-117, 2020.
[12] A. D. RAMANDHITA, “Berbagi Sejarah, Indonesia dan India Punya Banyak Kesamaan Nilai,” dunia.rmol.id, 2023. https://dunia.rmol.id/read/2023/02/03/562526/berbagi-sejarah-indonesia-dan-indiapunya-banyak-kesamaan-nilai (accessed Sept. 11, 2023)
[13] World Nuclear Association, “Nuclear Power in India,” world-nuclear.org, 2023. https://world-nuclear.org/information-library/country-profiles/countries-gn/india.aspx#:~:text=for%202012%2D17.-
,The%20total%20nuclear%20capacity%20is%20likely%20to%20be%20about%2022.5,of%20India’s%20electricity%20by%202047.l (accessed Sept. 11, 2023)