Gelombang Revolusi Industri

Revolusi industri merupakan istilah yang mulanya dipopulerkan oleh seorang sejarawan Inggris, Arnold Toynbee (1852 – 1883), untuk menggambarkan perkembangan ekonomi Inggris sejak 1760 hingga 1840. Seiring perubahan masa, istilah tersebut memiliki perluasan makna. Oleh karena itu, saat ini revolusi industri memiliki keterikatan dengan perkembangan teknologi, sosial, ekonomi, dan budaya.

Revolusi industri gelombang keempat yang biasa dikenal dengan industri 4.0 atau cyber physical system merupakan fenomena yang saat ini tengah berlangsung hampir di seluruh penjuru dunia. Konsep penerapan revolusi industri 4.0 berpusat pada otomatisasi dengan melibatkan teknologi informasi, sehingga efektivitas dan efisiensi pada suatu lingkungan kerja akan meningkat. Setidaknya terdapat lima teknologi utama dalam mengembangkan industri 4.0 yakni Internet of Things, Big Data, Artificial Intelligence, Cloud Computing, dan Additive Manufacturing.

File:Maquina vapor Watt ETSIIM.jpg
Mesin uap James Watt di ruang depan Escuela Técnica Superior de Ingenieros Industriales de la UPM di Madrid

Revolusi industri bermula pada abad 18 melalui penggunaan tenaga uap dan mekanisasi produksi. Pada masa ini, penggunaan mesin untuk menggantikan tenaga manusia dalam proses produksi mulai diterapkan. Tenaga uap yang digunakan untuk keperluan industri merupakan terobosan besar untuk meningkatkan produktivitas. Implementasi revolusi industri gelombang pertama salah satunya adalah penggunaan roda pintal sederhana yang digerakkan menggunakan tenaga uap sehingga dapat meningkatkan volume produksi hingga delapan kali lebih banyak. Lebih lanjut, revolusi industri 1.0 menjadi awal mula penciptaan alat transportasi bertenaga uap yang selanjutnya membawa perubahan besar bagi kehidupan manusia.

Tahun 1913, Henry Ford bereksperimen dengan bodi dudukan pada sasis Model T. Ford menguji berbagai metode perakitan untuk mengoptimalkan prosedur sebelum memasang peralatan secara permanen.

Gelombang kedua revolusi industri dimulai pada abad 19 melalui penemuan listrik dan sistem line production (produksi serial). Mulanya, sebuah ide produksi massal diambil oleh Henry Ford (1863 – 1967) dari rumah pemotongan hewan di Chicago, di mana sistem produksi dilakukan dengan menggantung hewan yang telah disembelih pada sebuah conveyor belts dan setiap pekerja hanya melakukan tugas pemotongan daging pada bagian tertentu. Prinsip tersebut selanjutnya diterapkan pada industri otomotif dan mengubah secara drastis proses yang sebelumnya diterapkan. Sebelumnya, industri otomotif mengandalkan proses produksi paralel, di mana setiap pekerja bertugas untuk merangkai keseluruhan komponen hingga diperoleh produk yang siap disalurkan ke konsumen. Proses produksi serial yang digunakan untuk menggantikan proses tersebut lebih efektif memangkas waktu produksi dan meningkatkan efisiensi tenaga kerja.

Macintosh 128k

Pada pertengahan abad 20 (sekitar tahun 70-an), lahir gelombang ketiga revolusi industri melalui penerapan otomatisasi parsial menggunakan komputer dan memory – programmable controls. Kemunculan revolusi industri 3.0 lebih meningkatkan efisiensi dalam proses produksi dibandingkan revolusi industri pada gelombang kedua, di mana seluruh proses dapat dilakukan dengan kontrol otomatis tanpa bantuan manusia. Kemunculan robot yang dapat melakukan perintah-perintah terprogram secara presisi tanpa campur tangan manusia memberikan keuntungan bagi pelaku industri karena dapat melakukan produksi massal yang lebih efisien. Meskipun demikian, penggunaan robot sebagai perangkat terprogram tidak dapat sepenuhnya menghilangkan peranan manusia. Robot-robot yang terpasang pada industri, terutama industri manufaktur hanya dapat menjalan perintah yang sebelumnya telah diatur, alat ini tidak dapat menggantikan peranan manusia sebagai lumbung kreativitas dan inovasi.

The Race Is On to Control Artificial Intelligence, and Tech's Future - The  New York Times
Google DeepMind AlphaGo vs Lee Se-dol: Juara dunia Lee Se-dol akhirnya mengalahkan AI di pertandingan keempat

Sementara istilah revolusi industri 4.0 muncul pada awal 2011 di Jerman, di mana gagasan tersebut memadukan antara teknologi otomatisasi dengan teknologi siber. Gelombang keempat revolusi industri dibangun sebagai perkembangan revolusi industri ketiga Komputasi sistem produksi yang telah lazim digunakan semenjak munculnya industri 3.0 diperluas dengan koneksi jaringan sehingga seolah dapat memiliki bentuk digital identik yang tersimpan di internet. Perkembangan tersebut selanjutnya dapat memungkinkan adanya komunikasi dengan fasilitas lain dan dapat memberikan informasi mengenai sistem produksi yang sedang berlangsung. Dapat dikatakan, gelombang industri 4.0 merupakan langkah lanjutan dalam otomatisasi produksi. Keterhubungan dari seluruh sistem produksi selanjutnya menimbulkan terciptanya cyber – physical production systems. Tempat produksi yang telah menjalankan teknologi berbasis industri 4.0 dapat dikatakan sebagai smart factories, di mana sistem produksi, komponen, dan pelaku produksi dapat berkomunikasi melalui jaringan sehingga terciptalah proses produksi yang hampir otonom.

Perkembangan industri menuju gelombang revolusi yang lebih andal tidak dapat kita hindari. Kemajuan teknologi digital di era industri 4.0 dapat meningkatkan taraf kelayakan hidup manusia sekaligus memberi tantangan baru bagi manusia untuk dapat memaksimalkan potensinya. Kemudahan dalam menjalani kehidupan dan peningkatan taraf kelayakan hidup menjadi prioritas yang ditawarkan revolusi industri keempat. Terbukanya akses informasi serta komunikasi lebih dari dua arah sebagai dampak lahirnya industri 4.0 menjadi potensi besar munculnya bidang pekerjaan baru yang dapat meningkatkan taraf kelayakan hidup manusia. Di lain sisi, penanaman kecerdasan buatan pada robot akan hadir untuk mengerjakan pekerjaan dengan lebih presisi dan efisien. Peran manusia kemungkinan terbatas pada kendali mesin-mesin berbasis teknologi digital. 

Kemajuan dan keandalan yang ditawarkan oleh gelombang revolusi industri terbaru selalu menarik untuk disorot. Kemunculan gelombang baru revolusi industri menjadi bentuk penyesuaian manusia dalam menghadapi perubahan masa. Adaptasi masyarakat untuk menerima dan menghadapi berbagai dampak yang dibawa oleh kemunculan gelombang revolusi industri terbaru perlu dimulai dari tingkat individu. Selanjutnya, barulah pemanfaatan kemajuan yang dihadirkan oleh gelombang revolusi industri terbaru dapat memberikan pengaruh signifikan, terutama dalam peningkatan kualitas hidup.

Daftar Pustaka

[1] Industrial Revolution. (n.d.). Encyclopedia Britannica. https://www.britannica.com/event/Industrial-Revolution

[2] Revolusi Industri 4.0. (2020, January 28). Ditjen Aptika. https://aptika.kominfo.go.id/2020/01/revolusi-industri-4-0/ 

[3] Industrial Revolution – From industry 1.0 to industry 4.0. (n.d.). Desoutter Industrial Tools – Industrial Pneumatic Tool for Aeronautics & Automotive. https://www.desouttertools.com/industry-4-0/news/503/industrial-revolution-from-industry-1-0-to-industry-4-0 

[4] APA ITU Revolusi Industri 4.0? ini Dampak Dan Cara Menghadapinya. (2021, April 3). Payroll, ESS, and Talent Management. https://www.linovhr.com/revolusi-industri-4-0/ 

[5] Priatmoko, Sigit. 2018. “Memperkuat Eksistensi Pendidikan Islam Di Era 4.0.” Jurnal Studi Pendidikan Islam 1 No 2.

[6] Subekti, Hasan. 2018. “Mengembangkan Literasi Informasi Melalui Belajar Berbasis Kehidupan Terintegrasi STEM Untuk Menyiapkan Calon Guru Sains Dalam Menghadapi Era Revolusi Industri 4.0: Review Literatur.” Education and Human Development Journal 3 No. 1

[7] Suweta, I. Made. 2019. “PERGURUAN TINGGI MENYIKAPI PEMBUDAYAAN REVOLUSI INDUSTRI 4.0 I.” Pp. 1–8 in Prosiding Seminar Nasional Dharma Acarya ke-1 Tantangan dan Peluang Dunia Pendidikan di Era 4.0. Singaraja.

Keep reading