Kapal Pemuda Nusantara (KPN) Sail Tomini 2015

Kegiatan Lintas Nusantara Remaja dan Pemuda Bahari / Kapal Pemuda Nusantara (LNRPB/KPN) dalam Sail Tomini 2015 yang diselenggarakan Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia, TNI Angkatan Laut, serta beberapa Kementrian dan instansi lain. Selama kegiatan para peserta yang terdiri dari atas para pemuda dari berbagai kalangan ini mengikuti berbagai kegiatan, baik selama perjalanan maupun selama berada di provinsi yang disinggahi.

Saat bulan juni tepat ketika minggu tenang sebelum UAS di JTF, seleksi peserta KPN di propinsi DKI Jakarta digelar, tepatnya tanggal 8-9 Juni 2015 lalu. Sebanyak 60 peserta mengikuti seleksi untuk mewakili kontingen DKI Jakarta di kegiatan KPN ini. Setiap peserta berasal dari seluruh wilayah DKI Jakarta termasuk Kabupaten Kepulauan Seribu. Setiap peserta juga merupakan utusan dari organisasi kepemudaan baik yang di lingkungan Dinas Olah Raga dan Pemuda seperti Purna Paskibraka Indonesia, Jakarta Sister City  maupun swadaya seperti Lembaga Kebudayaan Betawi, dll. Saat itu saya mewakili organisasi AVANTE Jurusan Teknik Fisika, meskipun saya berasal dari Kotamadya Jakarta Pusat.

Seleksi hari pertama yaitu tes fisik, renang, dan tes tertulis tentang seputar pengetahuan budaya DKI Jakarta. Tes fisik yang diujikan yaitu shuttle run 5 kali bolak-balik lapangan basket, push up, sit up, back up, pull up masing-masing 1 menit. Kemudian untuk tes renang yaitu sejauh 50 meter. Setelah itu peserta melanjutkan untuk tes tertulis mengerjakan soal pilihan ganda dan esai mengenai pengetahuan seputar DKI Jakarta.

Pada hari kedua, peserta tereduksi menjadi 35 orang yang mengikuti seleksi melanjutkan tes wawancara serta presentasi mengenai project proposal tentang kemaritiman yang menjadi salah satu persyaratan administrasi untuk mendaftar. Kemudian dilanjutkan dengan tes terakhir yaitu tes penampilan budaya betawi. Saat itu saya menampilkan tarian kreasi dan silat tradisional betawi.

Hari kedua ditutup dengan pengumuman peserta yang lolos yaitu:

  1. Cutho Ansyasar Firdaus – Jakarta Pusat – (AVANTE)
  2. Diza Faraskhansa – Jakarta Timur – (Alumni Jakarta Sister City)
  3. Melky Kri Jaya – Kepulauan Seribu – (Purna Prakarya Muda Indonesia)
  4. Ressa Rizki – Jakarta Selatan – (Lembaga Kebudayaan Betawi)
  5. Gilang Ramadiansyah – Jakarta Timur – (Purna Paskibraka Indonesia, DKI Jakarta)

 

Setelah pengumuman, harusnya selasa malamnya saya langsung pulang ke Jogja karena mengingat sebentar lagi UAS. Akan tetapi, akibat seleksi yang cukup melelahkan, saya langsung sakit dan kondisi kesehatan menurun. Akibatnya, baru pulang ke jogja sekitar hari sabtunya, h-3 UAS.

 

Dari seleksi sampai ke kapal, ada persiapan dari kontingen DKI Jakarta di antaranya adalah mempersiapkan penampilan pentas seni saat di kapal serta souvenir apa yang hendak dibagi untuk teman-teman se-Indonesia dan ASEAN saat di kapal nanti.

Singkat cerita…..

Rabu, 26 Agustus 2015 kami melakukan registrasi di Jakarta International Container Terminal di Tanjung Priok. Setelah itu peserta KPN segera diantar menaiki Kapal Republik Indonesi (KRI) Teluk Bintuni 520. Setiap peserta ditempati di kamarnya masing-masing yang telah disediakan.

Sedikit mengenai KRI Teluk Bintuni, kapal ini merupakan jenis kapal angkut pertama yang dibuat asli oleh bangsa Indonesia, tepatnya di galangan kapal PT Daya Radar Utama, Lampung. Kapal perang jenis angkut ini merupakan tipe LST (Landing Ship Tank) yang bertujuan untuk mengangkut Main Battle Tank (MBT) Leopard milik TNI AD.

Selama dua hari pertama di kapal, kami mengikuti Pre-Departure Training (PDT) yaitu semacam pengenalan tentang kapal, proses evakuasi jika terjadi bencana di kapal, memahami tata tertib selama program dan tata tertib kapal, serta mempelajari peran peninggalan kapal ketika suatu saat terjadi sesuatu yang mewajibkan seluruh penumpang meninggalkan kapal.

Jumat, 28 Agustus 2015 kami berangkat dari dermaga JICT Tanjung Priok Jakarta. Sebelumnya dilepas oleh Menteri Koordinator Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan, Ibu Puan Maharani dan Menteri Pemuda dan Olahraga, Bapak Imam Nahrawi. Kami bertolak dari Dermaga JICT pada pukul 14:00. Saat bertolak, kami melaksanakan peran parade yaitu baris di tepian kapal mengenakan seragam dan membawa bendera untuk menyampaikan salam perpisahan dan lambaikan tangan. Saat itu, hampir semua peserta terharu karena mereka baru memulai perjalanan mengarungi laut nusantara.

Program pun dimulai yaitu dengan diawali sholat subuh, senam dan olahraga pagi, sarapan, bersih-bersih, seminar, workshop, diskusi, serta setiap malam selalu diadakan pentas seni dan budaya dari tiap daerah dengan bergiliran tiap malamnya.

Senin, 31 Agustus 2015 kami singgah pertama di Kota Baru, Provinsi Kalimantan Selatan. Awal kedatangan kami disambut dengan barisan marching band diikuti oleh ratusan pelajar setempat dari SD hingga SMA yang masih mengenakan seragam mereka masing-masing. Kemudian ketika turun dari kapal kami langsung disambut dan diberikan salam hangat oleh pejabat pemerintah setempat serta Dalanal setempat. Saya dan rekan saya Nguyen Khanh Trang dari Vietnam, mewakili seluruh peserta, diberikan kalungan bunga beserta Dansatgas, Wadansatgas, Dan KRI oleh pemerintah setempat sebagai tamu kehormatan. Setelah prosesi penyambutan selesai, kami langsung dibawa  ke Balai Kota Kota Baru untuk disambut oleh Bupati dan pejabat dengan diiringi oleh jamuan makan siang. Setelah itu dilanjutkan dengan wisata pantai, penanaman mangrove serta bersih-bersih pantai.

Malam harinya di Pantai Siring Laut diadakan festival dalam rangka kedatangan rombongan KPN ini yaitu berupa pertunjukan kolaborasi seni budaya dari daerah peserta dengan daerah setempat yaitu Kota Baru.

Kemudian untuk rute selanjutnya berjalan seperti biasa. Akan tetapi ada beberapa kegiatan yang berbeda seperti saat di Pulau Siau, kami melakukan bersih-bersih pasar dan berkunjung ke festival komidi putar. Setelah dari Siau, kami bertolak ke Tahuna. Ada yang menarik dari pulau Tahuna ini, yaitu merupakan bagian dari provinsi Sulawesi Utara, namun butuh waktu sekitar 8 jam dengan kapal untuk ke Manado. Sedangkan untuk masuk ke wilayah Filipina bagian selatan hanya butuh waktu 4 jam. Di Tahuna, kami melakukan bakti social dengan merenovasi pasar dan mengecat dinding-dinding di tepian dermaga. Di Tahuna pula kami melakukan snorkelling dan wisata pantai lainnya di sebuah pantai yang indah namun belum terjamah publik. Pantainya sangat bersih, berpasir hitam serta jika kita snorkelling, dunia bawa laut begitu menawan.

Persinggahan selanjutnya yaitu di Ternate. Di Ternate ini merupakan salah satu tempat favorit peserta saat singgah karena kotanya cukup ramai dan durasi singgah cukup lama serta waktu pesiarnya cukup banyak. Kami mengunjungi kesultanan Ternate Tidore, Wisata Batu Angus, Serta Danau Tolire. Di hari kedua kami juga mengunjungi pantai Sulamadaha. Di pantai ini kami juga melakukan snorkelling, berenang serta bermain banana boat.

Dari Ternate kemudian menuju ke Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, tempat puncak acara Sail Tomini berlangsung. Di Parigi ini, seluruh peserta dan panitia turun ke darat karena kapal akan dipergunakan dalam acara sailing pass nanti. Kemudian di Parigi kami tinggal selama 3 hari. Adapun tinggalnya yaitu di rumah-rumah warga yang telah ditentukan. Dibagi dalam tiga desa yaitu Toboli, Pangi, dan Pelawa. Saya dan teman saya Harits dari Jawa Timur tinggal di rumah Bapak Mores di desa Pelawa. Selama di Desa, kami melakukan baksos bersih-bersih desa serta kelas inspirasi di sekolah-sekolah sekitar.

Kemudian acara puncak dilakukan di Pantai Kayu Bura, Parigi Moutong. Acara puncak terdiri dari, sailng pass kapal-kapal perang Indonesia, serta Negara-negara sahabat dan kapal-kapal tradisional setempat, salah satunya adalah kapal Sandeq, khas daerah Mandar, Sulawesi Barat.

Setelah bertolak dari Parigi Moutong, persinggahan terakhir yaitu di Pulau Muna, Sulawesi Tenggara.Namun dalam perjalanan dari Parigi Moutong ke Muna, ada suatu prosesi khas TNI AL yaitu Mandi Khatulistiwa. Tradisi ini merupakan suatu prosesi sacral di TNI AL yang tidak bisa kuceritakan. Kemudian ketika sampai di Muna, kami pergi ke danau yang langsung berbatasan dengan laut yaitu Danau Napabale. Karena Muna merupakan persinggahan terakhir setelah acara puncak di Parigi Moutong, maka kami menghabiskannya dengan berpesiar selama di Muna. Dan juga untuk merayakan lebaran Idul Adha kami  juga membeli hewan kurban di Muna yaitu 2 sapi dan 4 kambing.

Kemudian setelah bertolak dari Muna, kami melanjutkan untuk pulang ke Jakarta. Perjalanan sekitar 4 hari lagi menuju akhir dari program KPN. Saat idul Adha pun kami sedang di kapal dalam perjalanan pulang ke Jakarta. Kami melakukan shola tied serta potong kurban di kapal. Ini merupakan pengalaman pertama saya dan mungkin seluruh peserta yaitu berlebaran di atas kapal perang yang sedang berlayar. Rasa haru begitu menyelimuti saat kumandang takbir dilontarkan sertasejauh mata memandang hanya melihat lautan luas. Kami sedang di laut saat itu dan melaksanakan sholat di hangar heli dan sebagian helideck.

Esoknya, setelah hari raya kurban, diadakan parade nusantara. Yaitu setiap provinsi membuat stand untuk mempromosikan budayanya serta ciri khas masing-masing. Kegiatan ini agar lebih mengenal jauh tentang provinsi-provinsi di Indonesia. Seluruh provinsi berpartisipasi aktif dengan membuka stand dan menatanya dengan meriah serta mengunjungi stand-stand yang ada.

Kemudian 24 September malam, merupakan malam terakhir program. Kami menghabiskannya dengan baik karena dalam hitungan jam, kebersamaan sebulan di kapal, susah senang selama di kapal, merasakan  gonjangan di kapal dikala menabrak ombak, serta meneriakan “Kapal oleng, Kapten!!!”

Pada malam terakhir ini pula diberika awards kepada Peserta Terbaik Putera, Peserta Terbaik Puteri, Peserta Terfavorit, Pendamping Terbaik, serta Panitia Terbaik. Alhamdulillah saya terpilih sebagai Peserta Tervaforit dan juga masuk nominasi dalam 3 Peserta Terbaik Putera. Peserta yang mendapat award akan menjadi tamu undangan dalam upacara Hari Sumpah Pemuda di Tanjung Pinang, Kepulauan Riau. (itu baru saya ikuti 28 Oktober Kemarin)

Setelah pembagian award, malam ini ditutuo dengan bersalam-salaman antar panitia, satgas, peserta, serta beberapa ABK. Serta dilanjutkan pula dengan prosesi penciuman Sang Merah Putih oleh seluruh warga kapal pada saati itu. Suasana terasa begitu haru mengingat ini malam terakhir bersama dengan seluruh pemuda-pemudi terbaik negeri, dari kota hingga ke pelosok.

Esoknya, 25 September 2015 siang kapal sandar kembali di JICT Tanjung Priok pukul 14:00. Paginya kami melakukan senam terakhir dan langsung dilanjutkan dengan packing-packing barang. Setelah sampai di dermaga JICT dilakukan upacara penutupan di heli deck. Upacara penutupan dipimpin oleh ibu Deputi Bidang Kepemudaan Kementerian Pemuda dan Olahraga RI. Upacara berjalan dengan hikmat namun haru.

Setelah ditutup, isak tangis mulai terdengar di antara peserta dan bahkan lama kelamaan menjadi tambah haru dengan diputarkannya lagu-lagu perpisahaan. Kemudian pukul 17:00 kami turun dari kapal. Saat turun dari kapal, sudah menjadi tradisi untuk langsung menuju dekat lambung kapal dan memberikan penghormatan kepada kapal.

Setelah dari itu, seluruh peserta kembali ke tempat kediaman masing-masing. Untuk peserta luar daerah menginap di penginapan ataupun rumah teman kontingen DKI Jakarta.

Berakhirlah perjalanan putera-puteri bahari terbaik bangsa. Berkahirlalh keceriaan, haru, kesedihan, serta petualangan selama mengarungi lautan Nusantara.

 

“Pergilah kemanapun kamu suka! Lihatlah lebih jauh betapa indah negeri ini dan ceritakan pada mereka! Pergilah! Namun ingat, kemanapun kamu pergi, kamu pergi untuk kembali! Kemanapun kamu pergilah, ingatlah betapa penting sesuatu yang disebut ‘pulang’!”

 

–Cutho Ansyasar (Teknik Fisika 2014)

Keep reading