Sadar Akan Kebisingan di Wilayah Kampus, Mahasiswa UGM Melakukan Pemetaan Bunyi dan Memberikan Rekomendasi Tata Ruang Pendidikan

pkm noise mapping

Sudah selayaknya wilayah institusi pendidikan memiliki lingkungan yang nyaman untuk menunjang kegiatan belajar mengajar (KBM). Lingkungan yang bersih dan nyaman serta terbebas dari polusi udara hingga polusi suara pun sangat diidamkan. Polusi suara dapat diindikasikan dari padatnya populasi kendaraan dan aktivitas manusia di area yang dekat fasilitas umum seperti rumah sakit, tempat ibadah, rumah makan dan pusat perbelanjaan.Oleh karena itu, wilayah pendidikan yang dekat dengan jalan utama dan berbagai sarana umum tersebut sangat berpotensi terganggu oleh polusi suara.

Berawal dari kebutuhan dan ketertarikan pada isu tersebut, lima mahasiswa Jurusan Teknik Fisika UGM yaitu Bintang Ramadhan, Nur Hanisa Damaranti, Timotius Aristyo Haryopradipta, Maya Satih Kanteyan dan Ridho Muhammad Hasan, berinisiatif melakukan penelitian untuk memetakan persebaran bunyi di wilayah kampus Universitas Gadjah Mada. Pemetaan dilakukan menggunakan metode soundscaping yaitu menelusuri jalan di area tertentu untuk mendapatkan pola hubungan antara bentuk sinyal dan intensitas bunyi dengan jenis fasilitas publik yang bersinggungan dengan wilayah kampus.

Bintang selaku ketua tim menuturkan, “kami memetakan 5 area penting di wilayah Kampus UGM yang bersinggungan dengan RSUD Dr. Sardjito, Jalan Raya Kaliurang, Pusat Perbelanjaan Mirota Kampus, Masjid Kampus UGM dan Gedung Grha Sabha Pramana. Area-area tersebut dipilih karena padat akan aktivitas manusia”.

Soundscaping kami lakukan dengan menentukan rute perjalanan di setiap area. Kemudian dilakukan perekaman bunyi sambil berjalan kaki menelusuri rute yang telah ditentukan. Pengambilan data dilakukan selama hari kerja dari Senin sampai Jum’at. Pengambilan data yang banyak ini membuat cuaca menjadi tantangan utama dalam penelitian kami ini” ujar Ridho.

Penelitian yang dilakukan oleh salah satu tim dari Acoustics Research Center UGM ini menghasilkan pola perubahan intensitas bunyi di tiap area dan karakterisasi sumber kebisingan. Sumber bunyi dianggap sebagai bising ketika tingkat tekanan sumber bunyi (Sound Pressure Level) sudah melebihi standar yang ada. Pengolahan data dilakukan menggunakan perangkat lunak pengolahan sinyal, kalkulasi numerik dan sistem informasi geografis.

Sebagai anggota yang bertugas untuk pengujian laboratorium, Timotius menyampaikan, “Data yang kami dapatkan dari soundscaping juga mampu diregenerasikan kembali sehingga dengan simulasi yang dilakukan di laboratorium, pendengar dapat merasakan seakan-akan berada di lingkungan bunyi yang sebenarnya”.

Maya menjelaskan bahwa salah satu tujuan utama dari penelitian mereka selain mengkarakterisasi dan memetakan bunyi juga untuk memberikan rekomendasi untuk perbaikan tata bunyi di kawasan pendidikan. “Kita dapat usulkan misalnya penambahan vegetasi di area tertentu yang mampu bersifat sebagai bahan penyerap bunyi” tambahnya.

“Kami berharap hasil penelitian ini dapat berguna bagi Universitas Gadjah Mada dan institusipendidikan lainnya agar kegiatan belajar mengajar terasa nyaman salah satunya terbebas dari kebisingan akibat aktivitas diluar kampus” ungkap Hanisa.

Keep reading