Sistem Building Integrated Photovoltaics (BIPV) sebagai Solusi Ketahan Energi Daerah Perkotaan

Sel  surya  pada  sistem  BIPV  bisa  dipasang  pada  atap  bangunan  yang  miring,  atap  bangunan  yang  datar,  pada  sisi bangunan  dan  sistem  peneduh  dari  matahari.  Sel  surya  bisa dipasang  diatas  atau  dipasang  kepada  atap  yang  sudah  ada sebelumnya,  atau  kepada  dinding  bangunan  yang  sudah berdiri. Akan tetapi, sistem BIPV adalah sebuah sistem yang menjadikan  sel  PV  menjadi  pengganti  bahan  bangunan  yang paling luar, sehingga memiliki dua buah fungsi, yaitu sebagai pelindung  dari  cuaca  maupun  iklim,  serta  sebagai  penghasil energi listrik. Oleh karena itu, sistem BIPV dapat menghemat pengeluaran  dari  penggunaan  material  seperti  genteng,  kaca atau bahan pembuat dinding.

Sistem  BIPV  yang  menerapkan  sel  surya  sebagai  lapisan paling luar bangunan yang menjadi bagian dari bangunan itu sendiri  memiliki  konsekuensi  yang  harus  dipenuhi.  Peran BIPV sebagai pelindung dari cuaca adalah sesuatu yang harus dipenuhi  sehingga  memberikan  kepuasan  yang  sama  dengan bahan  bangunan  biasa.  Salah  satunya  adalah  ketahanan  PV terhadap  terpaan  angin,  serta  ketahanan  dan  kemampuannya dalam menghadapi hujan yang deras.

1

Gambar 1. Salah satu pengunaan BIPV sebagai atap

Sistem ini kami tawarkan sebagai solusi masalah ketahanan energi listrik dalam perkotaan dalam lomba Tulisan Untuk Negeri (TUN) 2014 yang diadakan oleh BEM Fakultas MIPA Universitas Indonesia pada tanggal 18-23 Agustus 2014. TUN merupakan salah satu rangkaian kegiatan dari acara yang bertajuk MIPA Untuk Negeri yang sudah sejak tahun 2010 diadakan. Pada kegiatan TUN kali ini ada 3 tema besar yang menjadi tema wajib dalam penulisan, yaitu : Energi terbarukan, Potensi Kelautan, dan yang kami ikuti Urban and Resilience. Rata-rata jumlah peserta yang mengikuti lomba TUN ditiap sub tema adalah sebanyak 25-30 tim yang terdiri dari hampir 8 univesitas (UGM, UI, UNPAD, UNDIP, UB, ITS, UNHAS, UNY, dan lain-lain).

Lomba TUN sendiri diadakan selama 3 hari dari tanggal 19-22 Agustus. Beruntung kami mendapatkan no undian pada hari kedua sehingga kami mampu melihat kekuatan dan kelemahan tim pada hari pertama sehingga mampu menampilkan presentasi maksimal. Dengan penguasan materi dan prediksi pertanyaan para juri yang cukup tepat kami mampu menjadi juara kelima dengan total hadiah uang pembianaan sebesar Rp 500.000,-. Hasil yang cukup memuaskan mengingat kami melakukan sebuah kesalahan fatal dengan tidak singkronya judul dan isi yang kami angkat.

2

Gambar 2. Bersama kawan baru setelah selesai presentasi 

Keep reading